Seperti dikatakan dalam
webnya, revolusimentasl.go.id. ada beberapa nilai-nilai strategis revolusi
mental yang dimana salah satunya adalah etos kerja. Etos kerja sendiri adalah
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok.
Masih menurut web
revolusi mental. Hal yang bisa kita lakukan dalam pewujudan revolusi mental ke
dalam etos kerja terdapat 3 hal yang antara lain:
Long-Life Learning atau dalam bahasa Indonesianya adalah belajar sepanjang hayat ini dikemukakan oleh Edgar Faure dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pengambangan Pendidikan. Edgar Faure mengatakan “With its confidence in man’s capacity to perfect himself through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate theselves from cradle to the grave
Seperti dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan bekembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Manusia terus mengalami transformasi diri, dari yang belum atau tidak mampu menjadi mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Manusia seharusnya menyadari bahwa keberadaannya harus bersifat present continuous, on going process atau on becoming. Persoalannya adalah sebagian besar manusia tidak mendisplinkan dirinya untuk tetap belajar tanpa henti. Sebagian manusia akan berhenti belajar jika mereka telah mampu mendapatkan gaji atau uang yang menurut mereka cukup. Hal ini yang membuat mereka tidak bertransformasi lagi dan tidak berkembang kembali. Padahal dunia terus berkembang, manusia dipaksa untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Banyak sekali orang-orang yang tidak menerapkan Long-Life Learning akan tersingkir secara sendirinya didalam sebuah lingkaran bisnis karena dia tidak bisa mengimbangi kemajuan dunia khususnya dalam hal tekonologi.
Sudah berkembang di Indonesia sendiri bahwa menjadi sesuatu yang memalukan saat kita sekolah atau kuliah atau menuntut ilmu tidak pada usia yang tepat. Sudah menjadi rahasia umum di Indonesia bahwa saat kalian berusia 30 tahun misalnya dan kalian baru S1, maka kalian akan mendapatkan sanksi sosial seperti “Kok sudah tua masih s1?” atau mungkin sederhananya saat kalian tidak naik kelas dan saat usia kalian 12 tahun kalian masih di SD, maka orang-orang akan menanggap kalian orang bodoh dan memarahi kalian.Padahal sebenarnya tidak ada aturan tertulis yang melarang batasan umur untuk kuliah atau batasan umur SD harus lulus umur segini dan seterusnya. Inilah yang menjadi penyebab utama terhalangnya proses Long-Life Learning. Orang-orang malu untuk mengambil pendidikan bersama orang yang lebih muda darinya karena mereka merasa diri mereka akan terlihat bodoh dimata orang lain. Ini juga yang menyababkan anak yang tinggal kelas akan terus bodoh atau bahkan putus sekolah karena mereka merasa tinggal kelas adalah hal yang sangat salah dan sangat bodoh. Biasanya pun guru dan orang tua tidak memberikan untuk anak-anak yang tinggal kelas. Tidak menyadarkan mereka bahwa proses adalah segalanya dibalik hasil, tidak heras budaya menyontek sudah menjamur di Indonesia. “Asal Lulus”. Sudah dituliskan alam BAB IV GBHN bagian pendidikan, “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluara (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.”
Padahal di negara maju sana banyak sekali mahasiswa S1 yang berusis 25 atau 30 dan mereka tidak malu untuk menuntut ilmu, karena tujuan mereka bukanlah untuk sebuah gengsi namun untuk sebuah ilmu. Menurut saya pribadi, lebih penting saat kalian mengetahui ilmu yang kalia pelajari dalam waktu yang lama dari pada kalian terburu-buru menyelesaikan study kalian namun kalian sama seklai tidak paham tentang ilmu apa yang kalian pelajari. Hasilnya nihil, hanya ijazah.
Sebaliknya, bagi mereka yang ingin terus belajar tanpa memperdulikan omongan negatif orang lain. Mereka yang sungguh-sungguh menerapkan Long-Life Learning kehidupan mereka akan senantiasi siap mengantisipasi perubahan-perubahan yang muncul. Mereka akan siap bersaing dengan sumber daya sumber daya manusia baru dan tidak tenggelam dikalahkan oleh zaman.
Saya harap setelah membaca tulisan saya ini dan mulai sekarang jadilah seseorang yang paham bahwa tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu. Tidak apa bila kita terlihat tertinggal dibanding yang lain. Lebih baik mana, buru-buru ingin selesai namun tidak sama sekali mendapat ilmunya atau terlambat sedikit namun mendapatkan ilmunya?? Coba pikirkan.
- Profesional; yang bisa diwujudkan dengan cepat tanggap, tepat waktu dan tidak menunda pekerjaan.
- Mandiri; yang bisa diwujudkan dengan mencintai produk dalam negri.
- Kreatif; yang bisa diwujudkan dengan melakukan inovasi, anti mencontek dan long-life learning.
Long-Life Learning atau dalam bahasa Indonesianya adalah belajar sepanjang hayat ini dikemukakan oleh Edgar Faure dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pengambangan Pendidikan. Edgar Faure mengatakan “With its confidence in man’s capacity to perfect himself through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate theselves from cradle to the grave
Seperti dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan bekembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Manusia terus mengalami transformasi diri, dari yang belum atau tidak mampu menjadi mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Manusia seharusnya menyadari bahwa keberadaannya harus bersifat present continuous, on going process atau on becoming. Persoalannya adalah sebagian besar manusia tidak mendisplinkan dirinya untuk tetap belajar tanpa henti. Sebagian manusia akan berhenti belajar jika mereka telah mampu mendapatkan gaji atau uang yang menurut mereka cukup. Hal ini yang membuat mereka tidak bertransformasi lagi dan tidak berkembang kembali. Padahal dunia terus berkembang, manusia dipaksa untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Banyak sekali orang-orang yang tidak menerapkan Long-Life Learning akan tersingkir secara sendirinya didalam sebuah lingkaran bisnis karena dia tidak bisa mengimbangi kemajuan dunia khususnya dalam hal tekonologi.
Sudah berkembang di Indonesia sendiri bahwa menjadi sesuatu yang memalukan saat kita sekolah atau kuliah atau menuntut ilmu tidak pada usia yang tepat. Sudah menjadi rahasia umum di Indonesia bahwa saat kalian berusia 30 tahun misalnya dan kalian baru S1, maka kalian akan mendapatkan sanksi sosial seperti “Kok sudah tua masih s1?” atau mungkin sederhananya saat kalian tidak naik kelas dan saat usia kalian 12 tahun kalian masih di SD, maka orang-orang akan menanggap kalian orang bodoh dan memarahi kalian.Padahal sebenarnya tidak ada aturan tertulis yang melarang batasan umur untuk kuliah atau batasan umur SD harus lulus umur segini dan seterusnya. Inilah yang menjadi penyebab utama terhalangnya proses Long-Life Learning. Orang-orang malu untuk mengambil pendidikan bersama orang yang lebih muda darinya karena mereka merasa diri mereka akan terlihat bodoh dimata orang lain. Ini juga yang menyababkan anak yang tinggal kelas akan terus bodoh atau bahkan putus sekolah karena mereka merasa tinggal kelas adalah hal yang sangat salah dan sangat bodoh. Biasanya pun guru dan orang tua tidak memberikan untuk anak-anak yang tinggal kelas. Tidak menyadarkan mereka bahwa proses adalah segalanya dibalik hasil, tidak heras budaya menyontek sudah menjamur di Indonesia. “Asal Lulus”. Sudah dituliskan alam BAB IV GBHN bagian pendidikan, “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluara (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.”
Padahal di negara maju sana banyak sekali mahasiswa S1 yang berusis 25 atau 30 dan mereka tidak malu untuk menuntut ilmu, karena tujuan mereka bukanlah untuk sebuah gengsi namun untuk sebuah ilmu. Menurut saya pribadi, lebih penting saat kalian mengetahui ilmu yang kalia pelajari dalam waktu yang lama dari pada kalian terburu-buru menyelesaikan study kalian namun kalian sama seklai tidak paham tentang ilmu apa yang kalian pelajari. Hasilnya nihil, hanya ijazah.
Sebaliknya, bagi mereka yang ingin terus belajar tanpa memperdulikan omongan negatif orang lain. Mereka yang sungguh-sungguh menerapkan Long-Life Learning kehidupan mereka akan senantiasi siap mengantisipasi perubahan-perubahan yang muncul. Mereka akan siap bersaing dengan sumber daya sumber daya manusia baru dan tidak tenggelam dikalahkan oleh zaman.
Saya harap setelah membaca tulisan saya ini dan mulai sekarang jadilah seseorang yang paham bahwa tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu. Tidak apa bila kita terlihat tertinggal dibanding yang lain. Lebih baik mana, buru-buru ingin selesai namun tidak sama sekali mendapat ilmunya atau terlambat sedikit namun mendapatkan ilmunya?? Coba pikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar