Sabtu, 22 April 2017

Translate: Nilai dan Etika

3.1 Pendahuluan
Apakah hukuman mati salah atau benar? Bagaimana dengan kerasisan dalam memerkerjakan seseorang, apakah itu adil atau tidak? Jawaban dari semua pertanyaan ini adalah nilai-nilai yang sudah terdapat. Misalnya, mungkin beberapa orang setuju pada argumen bahwa hukuman mati adalah hal yang tepat karena sesuai untuk kejahatan seperti pembunuhan. Namun, disisi lain, orang lain mungkin berpendapat, bahwa tidak ada yang memiliki hak untuk mengambil kehidupan siapapun.

Nilai – Apa yang kita pilih sebagai sesuatu yang berharga dan dipercaya memiliki manfaat, dalam pengertian umum atau luas. Masalah benar atau salah itu relatif dengan nilai-nilai standar benar dan salah yang dianut oleh seseorang. Apakah sesuatu itu benar atau salah bukanlah persoalan tentang fakta. Ini adalah masalah pendapat. Suatu tindakan mungkin dapat sangat dibenarkan oleh beberapa orang sementara yang lain mungkin memiliki pandangan sebaliknya. Jadi nilai-nilai menyatakan:

Cara tertentu untuk mengawali atau mengakhiri kondisi yang ada secara peroangan atau sosial yang lebih disukai dari pada cara yang berlawanan atau yang menentang dari kondisi yang ada.”
‘Stephen P. Robbins’

‘Edward Spranger’ mendefinisikan nilai- “sebagai kumpulan dari rasa suka, tidak suka, sudut pandang, kecenderungan batin, penilaian rasional dan irasional, prasangka dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang terhadap dunia.”

Nilai adalah ide dan perasaan yang diwujudkan sebagai prilaku atau menyalurkan nilai-nilai tersebut. Refleksi yang sebenarnya dari nilai-nilai seseorang adalah tindakannya.

3.2 Karakteristik Dari Nilai
  1. Nilai-nilai cenderung relatif bersifat stabil dan bertahan lama. Sebagian besar dari nilai-nilai yang kita pegang sudah diajarkan mulai dari kecil oleh orang tua kami, guru dan lain-lain. Jadi nilai-nilai ini mulanya berasal dari dipelajari.
  2. Nilai merupakan dasar dari karakter seseorang. Mereka merupakan inti dari kepribadian dan kekuatan yang besar yang mempengaruhi prilaku.
  3. Nilai adalah representasi abstrak dari apa yang orang percayai bahwa ini adalah hal yang benar, tepat dan berharga untuk dilanjutkan.
  4. Beberapa nilai tidak bersifat tetap, tetapi mereka bisa berubah berdasarkan waktu dan situasi.
  5. Nilai memiliki tanda kekuatan dan kepuasan. Dimana tanda kepuasaan mengatakan bahwa cara berprilaku atau menyelesaikan kondisi yang ada adalah penting dan tanda kekuatan menjalaskan betapa pentingnya itu.
  6. Nilai-nilai yang dianut oleh invidu, menjadikan bagian dari kepribadiannya, maka mereka sampai berhubunagn tentang zona yang akan dipilih oleh orang tersebut. Tindakannya berdasarkan nilai-nilai ini kemudian menjadi spontan dan terus menerus secara otomatis dan naluriah.


3.3. Pembentukan Nilai di Masyarakat
Ketika kita urutkan nilai-nilai perorangan menurut kekuatan mereka, kita akan mendapatkan tata nilai orang tersebut. Semua dari kita memiliki hirarki nilai-nilai yang membentuk sistem nilai kita. Sistem ini diidenifikasikan oleh kepentingan relatif kita yang kita tetapkan untuk nilai-nilai seperti: kebebasan, harga diri, kesenangan, kejujuran, ketaatan, dan kesetaraan.

Bagi orang tertentu untuk menerima nilai tertentu ke dalam sistem nilai-nya, ia harus telebih dahulu mengetahui layak atau tidaknya bagi tujuan hidupnya. Nilai nilai dalam sistem yang dianut perorangan diperkenalkan dan kemudian diperkuat atas pengalaman pada waktu hidup, tetapi lebih terutama selama berkembang, tahun pembentukan perorangan.

Pada masa sekarang ini berbagai lembaga sosial memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai dalam sistem nilai perorangan, yang utama adalah:
a. Sebuah keluarga yang melahirkan.
b. Sekaolah dan lembaga pendidikan lainnya dan semua esktra kurikuler dan klub.
c. Agama yang dianut.
d. Masyarakat atau komunitas yang diikuti.

Jadi nilai-nilai yang dipupuk oleh masing-masing lembaga ini memperkuat nilai-nilai yang diajarkan oleh pihak lain dan mereka bersama-sama membentuk sistem nilai perorangan.

Pembentukan nilai perorangan yang terbaik dapat dipahami dalam kerangka kerja teori psikologi sosial.

 1.  Pendekatan Dalam-Individu
Fokus pada fungsi variabel dalam individu (internal). Psikologi menurut tradisi mempunyai batasan antara mereka dengan perorangan, terlibat dalam pencarian ‘genotipik’ yang menjadi dasar untuk memprediksi perilaku subjek dengan banyak jenis orang dalam banyak situasi. Dalam pendekatan ini, pola prilaku sosial mencerminkan struktur atau mekanisme intra-individu seperti kebiasaan, membutuhkan struktur kognitif atau paling sering mengalami kesulitan pribadi.

2. Pendepatan Antar Individu
Ini berfokus pada fungsi variabel eksternal: “prilaku seseorang sebagian besar merupakan cerminan dari situasi dimana dia berada. Yang tidak dapat dilepaskan dari situasi adalah paksaaan sosial yang membentuk dan menentukan prilaku orang lain di setiap saat, meski sudah diakui bahwa pengalaman sebelumnya dengan situasi yang seperti itu mempunyai kecendurungan bagi dia untuk bereaksi dengan cara yang sudah jelas di keadaan khusus seperti itu.”

Karena batasan hubungan yang tidak dapat dipisahkan baik yang berupa sebuah kombinasi pendekatan penjelasan untuk perilaku nampak cenderung dan telah disebut pendekatan interpersonal.

Tindakan seorang individu dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dan juga faktor genetik dan faktor internal. Seorang individu mempelajari norma, nilai dan kebiasaan masyarakat secara langsung atau melalui pengalaman dan nilai-nilai ini dipaksakan oleh masyarakat melalui paksaan kelompok. Biasanya ada berbagai prilaku yang dapat diterima dan individu memilih prilaku dalam yang ada di sekelilingnya.

Singkatnya, dalam mengembangkan sistem sebuah nilai, individu dipengaruhi oleh keduanya baik lingkungan eksternal dan struktur kognitif internal. Sistem nilai ini dipengaruhi oleh budaya dan sub-kultur dimana seseorang berada.

3.4 Jenis-Jenis Nilai
Menurut pendapat M. Rokeach (Sifat alami dari nilai manusia, New York; free poses 1973) )ada dua tipe nilai:

1. Nilai Instrumen
Nilai-nilai yang menyangkut cara kita berbicara tentang keadaan akhir. Ini ada hubungannya dengan cara untuk mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa seperti;
a.       Kerja keras dan prestasi
b.      Pendidikan dan pencarian terpelajar
c.       Kecukupan diri; kemerdekaan
d.      Sejati; kejujuran
e.       Ketegasan; berdiri sendiri
f.       Menjadi sopan santun dan sopan terhadap orang lain
g.      Ketebukaan pikiran; penerimaan terhadap gagasan baru
h.      Peduli terhadap orang lain.

2. Nilai Terminal
Ini adalah tujuan akhir keadaan yang kita inginkan seperti kehidupan yang nyaman, rasa prestasi, kesetaraan diantara semua orang.
a.       Kebahagiaan; kepuasan dalam hidup
b.      Damai dan harmonis didunia
c.       Pengetahuan dan kebijaksanaan
d.      Kebanggan dalam prestasi
e.       Keamanan; bebas dari ancaman

3.5 Sistem Nilai Etis 
Semua yang kita lihat, yang ada disini, yang dikatakan, yang dibayangkan atau dilakukan dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
a.       Bagaimana situasinya yang sebenarnya terjadi
b.      Bagaimana situasi yang seharusnya terjadi
Bagaimana situasi yang seharusnya terjadi adalah apa yang bisa menambahkan ‘nilai’. Nilai ini tidak mudah untuk diukur atau diungkapkan dalam kata-kata. Dalam hal ini, Chakraborty (1991,1993 dan 1995) telah berusaha untuk membangun hubungan antara nilai dan etika. Dia berkata: “sebagai kesadaran seorang individu- dalam persamaannya dengan sifat alami, dengan yang tidak terbatas, dengan energi Adorable, dengan Brahmand- mulai naik keketinggian yang holistik, sebuah hasil besar menjadi nyata dalam kaitannya dengan hubungannya dengan orang lain."

Jika kita tahu akibat dari tindakan kita, kita bisa mengubah nilai menjadi aturan prilaku yang bisa digambarkan sebagai etika.




Setiap permulaan tindakan dimulai dengan nilai yang ada. Ini bisa diubah menjadi niatan untuk bertindak, yang kemudian di artikulasikan sebagai perilaku aktual. Semua prilaku ini menghasilkan konsekuensi bagi diri sendiri dan juga orang lain. Mereka merusak atau meningkatkan nilai orang yang terkana dampaknya.
Nilai mengarahkan ke niat—niat mengarahkan ke prilaku – prilaku mengarahkan ke konsekuensi.

Salah satu pelajaran yang terpenting untuk mempelajari tentang etika adalah melihat kehidupan sebagaimana adanya, tanpa persepsi dan sikap kita yang mendistorsi untuk menyesuaikan diri dengan apa yang ingin kita lihat. Kita semua bereaksi, bukan pada realitas itu sendiri, tapi juga interpretasi realitas kita sendiri.  Tingkah laku kita tidak terpengaruh oleh situasi tertentu tapi bagaimana kita melihat dan apa yang kita lihat di situasi tersebut. Ketika kita mendeskripsikan dunia sekeliling kita atau orang-orang disekeliling kita, kita adalah hasil dari pengaruh diri kita sendiri, cara pandang kita, tingkah lalu, moral kita dan sistem etika nila kita.

            “Stephen R. Covey”---“7 Kebiasaaan orang yang sangat efektif—menyatakan bahwa sistem nilai seseorang akan bertambah naik dari pendekatan ‘luar dalam’. Dalam-luas artinya untuk memulai dengan diri sendiri bahkan pada dasarnya lebih untuk memulai dengan bagian yang paling dalam dari diri kita—dengan satu pola pikir, satu karakter dan satu motivasi”. Contohnya, jika seseorang ingin dipercayai oleh orang lain maka ia harus dapat dipercayai terlebih dahulu, tidak ada cara lain, fakta atau strategi untuk mendapatkan kepercayaan orang lain kepada mu jika kamu belum bisa untuk dipercayai. Covey mengatakan di dalam dirinya berbicara bahwa “kemenangan secara pribadi melebihi kemenangan masyarakat umum---bahwa penetapan dan membuat janji-janji kepada diri sendiri lebih dari penetapan janji ke orang lain”

3.6 Etika Dan Maksimalisasi Nilai
Ketika etika dan nilai berjalan secara bersama-sama, kita seharusnya melakukan sebuah analisis dari hubungan etika dengan maksimalisasi nilai untuk mengetahui nilai dari etika seseorang yang bekerja untuk organisasi manapun.

Pertama-tama, kita semua akan menemukan bagaimana prilaku beretika dan maksimalisasi nilai berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Seperti yang kita tahu tidak ada standar dunia yang mencontohkan seperti apa prilaku beretika, yang mana artinya bahwa susunan luas dari maksimalisasi nilai kebijaksaaan perusahaan mungkin melanggar gagasan pribadi tentang prilaku beretika.

Apakah maksimalisasi nilai di organisasi secara sederhana mengartikan sebagai keuntungan maksimalisasi jangka pendek? Tidak! Pengetian secara mendalam dari standar etika adalah yang dibutuhkan untuk maksimalisasi nilai, sebuah tike diskusi ekonomi dari keuntungan jangka pendek maksimalisasi adalah tidak mencukupi dari semunya

 Etika dan Kepercayaan
            Kepercayaan adalah salah satu hal yang paling penting dalam melengkapi sikap beretika, mereka sangat berubungan satu sama lain seperti prilaku beretika yang menyebabkan kepercayaan.

            Jika kita mulai dari yang paling mendasar hubungan antara perorangan, hubungan apa aja melibatkan sebuah janji untuk memberikan pelayanan khusus atau baik, dan kondisi yang demikian yang mengakibatkan juga dalam bertukar untuk sebuah janji pembayaran oleh pihak lainnya. Jadi jika apapun sikap ketidakpercayaan atau korupsi mengambil alih di berbagai transaksi dan keadilan dari sistem ekonomi akan sangat terganggu. Dan akibat dari korupsi akan berpengaruh negatif terhadap penghematan.

            Jadi kita mengetahui bahwa kepercayaan dan dipercaya adalah sifat dasar yang sangat perlu untuk efesiensi ekonomi, tanpa itu, itu tidak mungkin untuk mendukung utang jangka panjang atau alat untuk menjalankannya. Jadi kita mengetahui bahwa prilaku beretika adalah sangat dianjurkan untuk membangun kepercayaan antara orang-orang.


Nilai etika melibatkan norma prilaku dan peraturan bahwa dalam perusahaan menerapkan sebagai bentuk kode etik, meliputi konflik kepentingan, pelanggan umum hukum bisnis. Sebuah pencapaian dari repurtasi di sebuah organisasi berdasarkan dari prilaku etika dan tindakan dari individualnya.

Sebuah reputasi perusahaan dalam prilaku beretika, ini dirasakan ketulusan dalam berurusan dengan konsumen, pemasok dan orang yang berkepentingan lainnya dan pihak lain dari penanam modal sebuah perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

A CUP OF WATER © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.