Kamis, 27 April 2017

Revolusi Mental: Kartini-Kartini Modern

Ternyata perjuangan Kartini belum selesai. Masih banyak sekali wanita-wanita zaman sekarang yang beranggapan.
Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalo ujung-ujungnya bakal di dapur juga?
 Wanita-wanita yang masih mempunyai pikiran seperti ini ni yang ngebuat perjuangan Kartini sia-sia padahal udah berapa puluh kali kita ngadain pawai pakai baju tradisional pas hari kartini tapi herannya mindset seperti ini masih saja ada di lingkungan kita. Bagaimana mau mencapai revolusi mental kalau mindset perempuan Indonesia saja masih ada beberapa yang seperti ini. 

Jadi teringat Ayah saya yang sangat menekan kan bahwa perempuan harus pintar dan perempuan tidak harus bergantung kepada siapapun. Kata-kata "ngapain sekolah tinggi toh ujung-ujungnya nikah" itu sama saja seperti si perempuan sangat amat bergantung kepada si laki-laki. Satu yang harus kalian ingat "HIDUP ITU PENUH DENGAN KETIDAKPASTIAN". Kalau misalnya kalian bergantung sepenuhnya dengan suami kalian setelah menikah, bayangin ga ada yang memastikan bahwa rumah tangga kalian sejahtera dan suami kalian tidak tergoda wanita lain atau misalnya suami kalian setia namun tidak ada yang pasti bahwa suami kalian tidak akan sakit atau tidak akan kecelakaan dan menyebabkan kegiatan mencari nafkah berhenti. Kita sebagai perempuan yang seharusnya tidak bergantung kepada laki-laki dan menuntut ilmu dengan serius, disaat-saat seperti itu, kita tidak hanya bisa meng-backup diri kita sendiri tapi bahkan kita bisa meng-backup keluarga kita.

A bird sitting on a tree is never afraid of the branch breaking, because her trust is not on the branch but on her own wings.
 Anehnya banyak sekali kalimat-kalimat pembenaran yang seakan-akan terdengar benar untuk wanita tidak usah sekolah tinggi-tinggi. Misalnya seperti,
Nanti kalo sekolahnya ketinggian, gak ada cowok yang mau loh. Soalnya pada minder semua.

Aneh.

Menurut saya, seorang perempuan wajib menempuh pendidikan yang tinggi dan jadi sosok wanita yang cerdas. Beberapa penelitian membuktikan bahwa 70% gen kepintaran yang dibawa si anak ini diturunkan dari ibunya bukan ayahnya. Alasan lainnya juga karena seorang perempuan nantinya akan menjadi ibu. Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya, tahap pendidikan yang paling awal bagi si anak. Jadi, meskipun nantinya si perempuan akan dirumah saja tapi dia juga harus berpendidikan tinggi dan cerdas karena seluruh Ayah juga menginginkan anak yang cerdas.

If a mother never learns, how can she teach the next generation? A woman is school. If you teach a man, you teach a man. If you teach a woman, you teach an entire generation.

 Bagaimana caranya menjadi wanita yang berhasil??
NILAI


Menurut saya semua dimulai dari nilai. Banyak sekali simpang siur di dunia perkuliahan tentang

IPK itu ga penting-penting amat yang paling penting adalah pengalaman.
Saya sedikit tidak setuju. Yang saya setujui adalah
IPK itu penting dan pengalaman adalah hal terpenting nomor dua setelah IPK

Kenapa?? Kalian pernah liat lowongan pekerjaan kan di google atau dimana saja. Perhatikan disana biasanya tertulis "Lulusan dengan IPK minimal xx,xx" Oke lah misalnya pengalaman kalian sangat amat banyak sekali sampai CV kalian 5 lembar. Namun, bila di IPK atau di syarat berkas saja kalian sudah tidak lolos, bagaimana caranya si perusahaan akan melihat CV kalian?? itu.

Jadi, marilah tetap menjadi Kartini-Kartini Modern yang sadar bahwa pendidikan adalah segalanya, yang sadar bahwa seorang wanita tidak boleh bergantung kepada siapa saja, dan yang sadar bahwa wanita adalah pusat pendidikan dari generasi selanjutnya.

Minggu, 23 April 2017

Best Video. Must Watch


Sabtu, 22 April 2017

Ide Bisnis: Supir Pengganti

Mungkin bila kalian gemar menonton drama kora, kalian akan menemukan yang namanya “supir pengganti”. Dimana supir ini akan dipanggil menggantikan mengendarai mobil bila sipemilik mobil itu mabuk, kelalahan atau faktor lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecelakaan.

Sebenarnya supir pengganti bisa menjadi bisnis yang menjanjikan apalagi ditengah kemacetan lalu lintas seperti sekarang ini. Supir pengganti bisa menurunkan tingkat stress dan tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh kelelahan si pengemudi. Ditambah lagi di Indonesia sendiri banyak pengemudi yang setiap hari pulang pergi bekasi-jakarta atau jakarta-depok atau kota lainnya.

Saya mempunyai ide bisnis, bagaimana bila si supir pengganti ini mempunyai sistem seperti “angkutan online”.

Mungkin orang akan berburuk sangka atau akan merasa tidak aman jika dia asal memesan supir pengganti. Namun disini kita membuat sebuah aplikasi dimana seseorang bisa memesan supir pengganti yang jelas.

Layaknya aplikasi “angkutan online” si konsumen akan mendapatkan no.ticket pemesanan dan si supir pengganti ini akan menghampiri si pemesan dimanapun si pemesan berada dan bersiap mengantarkan si pemesan beserta kendaraanya. Si Supir pengganti sendiri harus melengkapi dirinya dengan SIM dan KTP serta surat keterangan berkelakuan baik.

Bila lebih terorganisis seperti ini maka pemesan akan meresa aman karena dia mendapatkan jaminan akan keselamatannya. Ia bisa mengetahui identitas dari si supir penggantinya dan bisa meng-klaim jika terjadi sesuatu atas kendaraannya atau bahkan dirinya. Tarif yang diterapkan pun jelas tidak ada tarif tembak sehingga si konsumen merasa sangat dirugikan.


Dengan ini ada beberapa orang yang mempunyai keahlian mengendarai kendaraan (baik motor atau mobil) namun tidak memiliki kendaraan tersebut bisa mendapatkan pekerjaan dan angka kecelakaan karena kelelahan pengemudi pun bisa dikurangi.

Artikel Kasus Etika Bisnis: Keterlambatan Lion Air


Tanggal 3 Februari 2017 mungkin menjadi hari yang sangat melelahkan bagi penumpang Lion Air. Maskapakai dilaporkan mengalami Delay 10 jam dari jam keberangkatan. Delay tidak hanya dirasakan oleh penumpang tujuan Jakarta saja namun juga dirasakan oleh penumpang tujuan Surabaya, Manokwari, Makasar, Padang dan Medan.  Ini rincian kasus yang dirangkum dari berbagai media massa untuk delay Lion Air dalam satu hari:

1. Penumpang Jakarta yang ingin ke Medan dengan pesawat penerbangan JT382 yang seharusnya berangkat pukul 12.50 WIB dan J398T yang seharusnya berangkat pukul 12.30 WIB. Namun, hingga pukul 22.00 WIB, pesawat tersebut belum diberangkatkan menuju Kualanamu, Medan. Maskapai beralasan, keterlambatan lantaran tidak adanya pilot dan kru yang bisa dioperasionalkan untuk keberangkatan ke kualanamu yang dikarenakan ditutupnya Bandara Adisutjipto dan Bandara Juanda, sehingga pesawat dan crew Lion Air tertahan di bandara tersebut.

2. Penumpang Kualanamu dengan tujuan Padang dengan nomor penerbangan JT 131 yang seharusnya berangkat pukul 13.00 WIB, namun pihak Lion Air menunda jadwal penerbangan sampai pukul 15.40 WIB. Alasan penundaan yang terkesan dibuat-buat tambah membuat penumpang geram, alasannya karena cuaca buruk sedangkan maskapai lain dengan tujuan Padang bisa terbang.

3. Penumpang Bali yang ingin terbang ke Jakarta dengan nomor penerbangan JT 025 yang seharusnya berangkat pukul 20.30 WIB. Namun, ternyata JT 025 no operate dan diganti ke JT 027 yang belum bisa dipastikan jam berapa akan diberangkatkan. Sedangkan, penumpang JT027 dan JT033 yang seharusnya berangkat pukul 18.15 masih memenuhi bandara sampai pukul 22.00 WIB. Sekitar pukul 24.00 penumpang JT033 diterbangkan dari Bali dan penumpang JT027 direncanakan terbang pada  pukul 03.00 dini hari, namun ternyata penumpang JT027 diterbangkan pukul 7.40 WIB keesokan harinya.


Maskapai Lion Air memang memberikan kompensasi terhadap penumpang. Namun, kompensasi yang diberikan belum benar dan sesuai aturan. Pelanggaran etika yang dimaksud berada disini.

Menurut Pasal 36 Permenhub 25/2008:
a. Keterlambatan lebih dari 30 menit sampai dengan 90 menit. Perusahaan angkutan udara niaga berjadwal wajib memberikan minuman dan makanan ringan. Namun pada kasus diatas tidak terlihat pemberian tersebut saat keterlambatan 90 menit.

b. Keterlambatan lebih dari 90 menit sampai dengan 180 menit, perusahaan angkutan udara niaga berjadwal wajib memberikan minuman, makanan ringan, makan siang atau malam dan memindahkan penumpang ke penerbangan berikutnya atau ke perusahaan angkutan udara niaga berjadwal lainnya, apabila diminta oleh penumpang. Untuk pemberian makanan dan pengembalian tiket atau terbang dengan maskapai lain telah dilakukan benar menurut undang-undang oleh pihak Lion Air

c. Keterlambatan lebih dari 180 menit, perusahaan angkutan udara barjadwal wajib memberikan minuman, makanan ringan, makanan siang atau malam dan apabila penumpang tersebut tidak dapat dipindahkan ke penerbangan berikutnya atau ke perusahaan angkutan udara niaga berjadwal lainnya, maka kepada penumpang tersebut wajib diberikan fasilitas akomodasi untuk diangkat pada penerbangan hari berikutnya.

Sementara dalam Pasal 10 Permenhub 77/2011 diatur sebagai berikut:

a. Keterlambatan lebih dari 4 jam diberikan ganti rugi sebesar Rp 300.000/penumpang
Maskapai Lion Air telah memberikan kompensasi ganti rugi Rp 300.000/penumpang kepada seluruh penumpang yang mengalami delay. Namun terjadi keganjilan disini. Ada beberapa penumpang yang diberikan kompensasi di bandara asalnya namun ada juga beberapa penumpang yang dijanjikan kompensasi di bandara tujuannya. Penumpang Bali-Jakarta diberikan kompensasi di Bandara Bali saat pukul 01.00 WIB dini hari. Namun penumpang Lion Air JT026 yang baru tiba dari Jakarta ke Bali, saat di Jakarta mereka dijanjikan kompensasi Rp 300.000 yang akan dibayarkan di bandara Ngurah Rai. Namun ketika mereka menanyakan perihal itu ke petugas bandara Ngurah Rai, petugas mengatakan akan memberikan kompensasi tersebut dengan cara transfer. Nah loh?? Seluruh penumpang kecewa akhirnya penumpang JT026 meminta jaminan transfer.


Menurut saya seharusnya etika penerbangan harus benar-benar diikuti. Pemberian kompensasi pun seharusnya tidak seakan-akan memberatkan pihak penumpang. Penumpang pun harus lebih tegas untuk meminta kompensasi, tidak harus menunggu 180 menit untuk kompensasi makanan bahkan penumpang seharusnya meminta kompensasi saat keterlambatan 60-90menit yaitu berupa minuman dan makanan ringan. Sebab itu sudah menjadi hak penumpang sama seimbangnya jika penumpang terlambat maka tiket akan dihanguskan oleh pihak maskapai.

Sumber:
http://beritatrans.com/2017/02/04/lion-telat-berangkat-10-jam-ratusan-penumpang-murka-di-bandara-soetta/
http://news.liputan6.com/read/2846313/lion-air-delay-10-jam-ratusan-penumpang-numpuk-di-bandara-soetta
http://news.metro24jam.com/read/2017/02/03/12349/lion-air-picu-protes-penumpang
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/02/20/151041826/Ini.Kompensasi.yang.Harus.Diperoleh.Penumpang.bila.Penerbangan.Delay.
http://news.liputan6.com/read/2846313/lion-air-delay-10-jam-ratusan-penumpang-numpuk-di-bandara-soetta
http://www.kompasiana.com/yayat/beginilah-kondisi-saat-lion-air-dari-denpasar-ke-jakarta-delay-12-jam_5895c8fd919773131e3a7c4e

Translate: Nilai dan Etika

3.1 Pendahuluan
Apakah hukuman mati salah atau benar? Bagaimana dengan kerasisan dalam memerkerjakan seseorang, apakah itu adil atau tidak? Jawaban dari semua pertanyaan ini adalah nilai-nilai yang sudah terdapat. Misalnya, mungkin beberapa orang setuju pada argumen bahwa hukuman mati adalah hal yang tepat karena sesuai untuk kejahatan seperti pembunuhan. Namun, disisi lain, orang lain mungkin berpendapat, bahwa tidak ada yang memiliki hak untuk mengambil kehidupan siapapun.

Nilai – Apa yang kita pilih sebagai sesuatu yang berharga dan dipercaya memiliki manfaat, dalam pengertian umum atau luas. Masalah benar atau salah itu relatif dengan nilai-nilai standar benar dan salah yang dianut oleh seseorang. Apakah sesuatu itu benar atau salah bukanlah persoalan tentang fakta. Ini adalah masalah pendapat. Suatu tindakan mungkin dapat sangat dibenarkan oleh beberapa orang sementara yang lain mungkin memiliki pandangan sebaliknya. Jadi nilai-nilai menyatakan:

Cara tertentu untuk mengawali atau mengakhiri kondisi yang ada secara peroangan atau sosial yang lebih disukai dari pada cara yang berlawanan atau yang menentang dari kondisi yang ada.”
‘Stephen P. Robbins’

‘Edward Spranger’ mendefinisikan nilai- “sebagai kumpulan dari rasa suka, tidak suka, sudut pandang, kecenderungan batin, penilaian rasional dan irasional, prasangka dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang terhadap dunia.”

Nilai adalah ide dan perasaan yang diwujudkan sebagai prilaku atau menyalurkan nilai-nilai tersebut. Refleksi yang sebenarnya dari nilai-nilai seseorang adalah tindakannya.

3.2 Karakteristik Dari Nilai
  1. Nilai-nilai cenderung relatif bersifat stabil dan bertahan lama. Sebagian besar dari nilai-nilai yang kita pegang sudah diajarkan mulai dari kecil oleh orang tua kami, guru dan lain-lain. Jadi nilai-nilai ini mulanya berasal dari dipelajari.
  2. Nilai merupakan dasar dari karakter seseorang. Mereka merupakan inti dari kepribadian dan kekuatan yang besar yang mempengaruhi prilaku.
  3. Nilai adalah representasi abstrak dari apa yang orang percayai bahwa ini adalah hal yang benar, tepat dan berharga untuk dilanjutkan.
  4. Beberapa nilai tidak bersifat tetap, tetapi mereka bisa berubah berdasarkan waktu dan situasi.
  5. Nilai memiliki tanda kekuatan dan kepuasan. Dimana tanda kepuasaan mengatakan bahwa cara berprilaku atau menyelesaikan kondisi yang ada adalah penting dan tanda kekuatan menjalaskan betapa pentingnya itu.
  6. Nilai-nilai yang dianut oleh invidu, menjadikan bagian dari kepribadiannya, maka mereka sampai berhubunagn tentang zona yang akan dipilih oleh orang tersebut. Tindakannya berdasarkan nilai-nilai ini kemudian menjadi spontan dan terus menerus secara otomatis dan naluriah.


3.3. Pembentukan Nilai di Masyarakat
Ketika kita urutkan nilai-nilai perorangan menurut kekuatan mereka, kita akan mendapatkan tata nilai orang tersebut. Semua dari kita memiliki hirarki nilai-nilai yang membentuk sistem nilai kita. Sistem ini diidenifikasikan oleh kepentingan relatif kita yang kita tetapkan untuk nilai-nilai seperti: kebebasan, harga diri, kesenangan, kejujuran, ketaatan, dan kesetaraan.

Bagi orang tertentu untuk menerima nilai tertentu ke dalam sistem nilai-nya, ia harus telebih dahulu mengetahui layak atau tidaknya bagi tujuan hidupnya. Nilai nilai dalam sistem yang dianut perorangan diperkenalkan dan kemudian diperkuat atas pengalaman pada waktu hidup, tetapi lebih terutama selama berkembang, tahun pembentukan perorangan.

Pada masa sekarang ini berbagai lembaga sosial memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai dalam sistem nilai perorangan, yang utama adalah:
a. Sebuah keluarga yang melahirkan.
b. Sekaolah dan lembaga pendidikan lainnya dan semua esktra kurikuler dan klub.
c. Agama yang dianut.
d. Masyarakat atau komunitas yang diikuti.

Jadi nilai-nilai yang dipupuk oleh masing-masing lembaga ini memperkuat nilai-nilai yang diajarkan oleh pihak lain dan mereka bersama-sama membentuk sistem nilai perorangan.

Pembentukan nilai perorangan yang terbaik dapat dipahami dalam kerangka kerja teori psikologi sosial.

 1.  Pendekatan Dalam-Individu
Fokus pada fungsi variabel dalam individu (internal). Psikologi menurut tradisi mempunyai batasan antara mereka dengan perorangan, terlibat dalam pencarian ‘genotipik’ yang menjadi dasar untuk memprediksi perilaku subjek dengan banyak jenis orang dalam banyak situasi. Dalam pendekatan ini, pola prilaku sosial mencerminkan struktur atau mekanisme intra-individu seperti kebiasaan, membutuhkan struktur kognitif atau paling sering mengalami kesulitan pribadi.

2. Pendepatan Antar Individu
Ini berfokus pada fungsi variabel eksternal: “prilaku seseorang sebagian besar merupakan cerminan dari situasi dimana dia berada. Yang tidak dapat dilepaskan dari situasi adalah paksaaan sosial yang membentuk dan menentukan prilaku orang lain di setiap saat, meski sudah diakui bahwa pengalaman sebelumnya dengan situasi yang seperti itu mempunyai kecendurungan bagi dia untuk bereaksi dengan cara yang sudah jelas di keadaan khusus seperti itu.”

Karena batasan hubungan yang tidak dapat dipisahkan baik yang berupa sebuah kombinasi pendekatan penjelasan untuk perilaku nampak cenderung dan telah disebut pendekatan interpersonal.

Tindakan seorang individu dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dan juga faktor genetik dan faktor internal. Seorang individu mempelajari norma, nilai dan kebiasaan masyarakat secara langsung atau melalui pengalaman dan nilai-nilai ini dipaksakan oleh masyarakat melalui paksaan kelompok. Biasanya ada berbagai prilaku yang dapat diterima dan individu memilih prilaku dalam yang ada di sekelilingnya.

Singkatnya, dalam mengembangkan sistem sebuah nilai, individu dipengaruhi oleh keduanya baik lingkungan eksternal dan struktur kognitif internal. Sistem nilai ini dipengaruhi oleh budaya dan sub-kultur dimana seseorang berada.

3.4 Jenis-Jenis Nilai
Menurut pendapat M. Rokeach (Sifat alami dari nilai manusia, New York; free poses 1973) )ada dua tipe nilai:

1. Nilai Instrumen
Nilai-nilai yang menyangkut cara kita berbicara tentang keadaan akhir. Ini ada hubungannya dengan cara untuk mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa seperti;
a.       Kerja keras dan prestasi
b.      Pendidikan dan pencarian terpelajar
c.       Kecukupan diri; kemerdekaan
d.      Sejati; kejujuran
e.       Ketegasan; berdiri sendiri
f.       Menjadi sopan santun dan sopan terhadap orang lain
g.      Ketebukaan pikiran; penerimaan terhadap gagasan baru
h.      Peduli terhadap orang lain.

2. Nilai Terminal
Ini adalah tujuan akhir keadaan yang kita inginkan seperti kehidupan yang nyaman, rasa prestasi, kesetaraan diantara semua orang.
a.       Kebahagiaan; kepuasan dalam hidup
b.      Damai dan harmonis didunia
c.       Pengetahuan dan kebijaksanaan
d.      Kebanggan dalam prestasi
e.       Keamanan; bebas dari ancaman

3.5 Sistem Nilai Etis 
Semua yang kita lihat, yang ada disini, yang dikatakan, yang dibayangkan atau dilakukan dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
a.       Bagaimana situasinya yang sebenarnya terjadi
b.      Bagaimana situasi yang seharusnya terjadi
Bagaimana situasi yang seharusnya terjadi adalah apa yang bisa menambahkan ‘nilai’. Nilai ini tidak mudah untuk diukur atau diungkapkan dalam kata-kata. Dalam hal ini, Chakraborty (1991,1993 dan 1995) telah berusaha untuk membangun hubungan antara nilai dan etika. Dia berkata: “sebagai kesadaran seorang individu- dalam persamaannya dengan sifat alami, dengan yang tidak terbatas, dengan energi Adorable, dengan Brahmand- mulai naik keketinggian yang holistik, sebuah hasil besar menjadi nyata dalam kaitannya dengan hubungannya dengan orang lain."

Jika kita tahu akibat dari tindakan kita, kita bisa mengubah nilai menjadi aturan prilaku yang bisa digambarkan sebagai etika.




Setiap permulaan tindakan dimulai dengan nilai yang ada. Ini bisa diubah menjadi niatan untuk bertindak, yang kemudian di artikulasikan sebagai perilaku aktual. Semua prilaku ini menghasilkan konsekuensi bagi diri sendiri dan juga orang lain. Mereka merusak atau meningkatkan nilai orang yang terkana dampaknya.
Nilai mengarahkan ke niat—niat mengarahkan ke prilaku – prilaku mengarahkan ke konsekuensi.

Salah satu pelajaran yang terpenting untuk mempelajari tentang etika adalah melihat kehidupan sebagaimana adanya, tanpa persepsi dan sikap kita yang mendistorsi untuk menyesuaikan diri dengan apa yang ingin kita lihat. Kita semua bereaksi, bukan pada realitas itu sendiri, tapi juga interpretasi realitas kita sendiri.  Tingkah laku kita tidak terpengaruh oleh situasi tertentu tapi bagaimana kita melihat dan apa yang kita lihat di situasi tersebut. Ketika kita mendeskripsikan dunia sekeliling kita atau orang-orang disekeliling kita, kita adalah hasil dari pengaruh diri kita sendiri, cara pandang kita, tingkah lalu, moral kita dan sistem etika nila kita.

            “Stephen R. Covey”---“7 Kebiasaaan orang yang sangat efektif—menyatakan bahwa sistem nilai seseorang akan bertambah naik dari pendekatan ‘luar dalam’. Dalam-luas artinya untuk memulai dengan diri sendiri bahkan pada dasarnya lebih untuk memulai dengan bagian yang paling dalam dari diri kita—dengan satu pola pikir, satu karakter dan satu motivasi”. Contohnya, jika seseorang ingin dipercayai oleh orang lain maka ia harus dapat dipercayai terlebih dahulu, tidak ada cara lain, fakta atau strategi untuk mendapatkan kepercayaan orang lain kepada mu jika kamu belum bisa untuk dipercayai. Covey mengatakan di dalam dirinya berbicara bahwa “kemenangan secara pribadi melebihi kemenangan masyarakat umum---bahwa penetapan dan membuat janji-janji kepada diri sendiri lebih dari penetapan janji ke orang lain”

3.6 Etika Dan Maksimalisasi Nilai
Ketika etika dan nilai berjalan secara bersama-sama, kita seharusnya melakukan sebuah analisis dari hubungan etika dengan maksimalisasi nilai untuk mengetahui nilai dari etika seseorang yang bekerja untuk organisasi manapun.

Pertama-tama, kita semua akan menemukan bagaimana prilaku beretika dan maksimalisasi nilai berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Seperti yang kita tahu tidak ada standar dunia yang mencontohkan seperti apa prilaku beretika, yang mana artinya bahwa susunan luas dari maksimalisasi nilai kebijaksaaan perusahaan mungkin melanggar gagasan pribadi tentang prilaku beretika.

Apakah maksimalisasi nilai di organisasi secara sederhana mengartikan sebagai keuntungan maksimalisasi jangka pendek? Tidak! Pengetian secara mendalam dari standar etika adalah yang dibutuhkan untuk maksimalisasi nilai, sebuah tike diskusi ekonomi dari keuntungan jangka pendek maksimalisasi adalah tidak mencukupi dari semunya

 Etika dan Kepercayaan
            Kepercayaan adalah salah satu hal yang paling penting dalam melengkapi sikap beretika, mereka sangat berubungan satu sama lain seperti prilaku beretika yang menyebabkan kepercayaan.

            Jika kita mulai dari yang paling mendasar hubungan antara perorangan, hubungan apa aja melibatkan sebuah janji untuk memberikan pelayanan khusus atau baik, dan kondisi yang demikian yang mengakibatkan juga dalam bertukar untuk sebuah janji pembayaran oleh pihak lainnya. Jadi jika apapun sikap ketidakpercayaan atau korupsi mengambil alih di berbagai transaksi dan keadilan dari sistem ekonomi akan sangat terganggu. Dan akibat dari korupsi akan berpengaruh negatif terhadap penghematan.

            Jadi kita mengetahui bahwa kepercayaan dan dipercaya adalah sifat dasar yang sangat perlu untuk efesiensi ekonomi, tanpa itu, itu tidak mungkin untuk mendukung utang jangka panjang atau alat untuk menjalankannya. Jadi kita mengetahui bahwa prilaku beretika adalah sangat dianjurkan untuk membangun kepercayaan antara orang-orang.


Nilai etika melibatkan norma prilaku dan peraturan bahwa dalam perusahaan menerapkan sebagai bentuk kode etik, meliputi konflik kepentingan, pelanggan umum hukum bisnis. Sebuah pencapaian dari repurtasi di sebuah organisasi berdasarkan dari prilaku etika dan tindakan dari individualnya.

Sebuah reputasi perusahaan dalam prilaku beretika, ini dirasakan ketulusan dalam berurusan dengan konsumen, pemasok dan orang yang berkepentingan lainnya dan pihak lain dari penanam modal sebuah perusahaan.

Revolusi Mental: Hal-Hal Sederhana Yang Bisa Kita Lakukan untuk Revolusi Mental

Hasil-hasil survei internasional sering menunjukkan bahwa dalam hal yang baik, angka untuk indonesia cenderung rendah, tetapi dalam hal yang buruk justru cenderung tinggi, ungkap revolusimental.go.id. Ini tidak hanya ungkapan belaka namun dapat kita lihat masyarakat Indonesia sekarang ini menjadi tidak menghargai orang lain, serobot di jalan raya, main seenaknya sendiri, kurang penghargaan terhadap orang lain dan prilaku buruk lainnya.

Menurut website revolusimental.go.id, revolusi mental adalah gerakan seluruh rakyat indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki kerakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik.
Masih menurut website revolusimental.go.id, terdapat delapan prinsip Revolusi Mental yang antara lain;
  1. Revolusi Mental adalah gerakan sosial untuk bersama-sama menuju Indonesia yang lebih baik.
  2.  Harus didukung oleh tekad politik (political will) Pemerintah
  3.  Harus bersifat lintas sektoral.
  4. Kolaborasi masyarakat, sektor privat, akademisi dan pemerintah.
  5. Dilakukan dengan program “gempuran nilai” (value attack) untuk senantiasa mengingatkan masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik.
  6. Desain program harus mudah dilaksanakan (user friendly), menyenangkan (popular) bagi seluruh segmen masyarakat.
  7. Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat (individual).
  8.  Dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.

Banyak sekali orang yang beranggapan bahwa penggerak Revolusi Mental seharusnya adalah Pemerintah atau orang-orang yang sudah dewasa. Padahal seluruh masyarakat Indonesia tanpa tekecuali bisa berpartisipasi dalam revolusi mental di segala aspek kehidupan yang khususnya terkait dengan publik atau umum.

Beberapa hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk Revolusi Mental atau bahkan yang sudah kita lakukan namun kita tidak sadar melakukannya;

  1. Hormati hak orang lain saat berada di jalan raya.

Menyadari kusutnya kondisi jalan raya Indonesia ini dikarenakan belum adanya rasa menghormati hak-hak orang lain. Semua orang selalu mempunyai pembenaran-pembenaran mengapa ia melakukan itu. Seperti halnya motor yang memakai trotoar pejalan kaki, si pengguna motor menggunakan alasan “macet dan sudah telambat”. Dengan menggunakan alasan itu ia merasa berhak mengambil hak orang lain atau bahkan yang lebih lucu ada beberapa orang yang sudah tau itu salah namun ia melakukan itu karena orang lain pun melakukannya. Mulai sekarang hormatilah hak orang lain. Berada di jalurnya, sepeda di jalur sepeda, motor di jalurnya, pejalan kaki di trotoar. Patuhilah seluruh rambu lalu lintas sekalipun tidak ada polisi. Patuhilah lampu lalu lintas, menyebrang di tempatnya dan patuhilah seluruh rambu-rambu lalu lintas meskipun jalan dalam keadaan sepi, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

If you do something right, but its the wrong thing to do, your efforts will be futile.

      2. Tepat Waktu dan Hargai Waktu Orang Lain

Seperti yang ditulis di prinsip nomor 8, dampaknya dirasakan oleh warga masyarakat. Bayangkan bila kita datang tepat waktu dan menghargai waktu orang lain, orang lain pun akan merasakan bahwa waktunya tidak terbuang sia-sia. Kita tidak tahu apa yang telah menunggu dia lalu kita dengan santainya membuang waktu dia. Estimasi waktu perjalanan itu sangat penting. Estimasi titik kemacetan bahkan sekarang sudah ada beberapa aplikasi untuk melihat titik kemacetan. Tingkat stress di Indonesia khususnya di jalan raya sangat tinggi, ini karena mereka tidak mengestimasikan waktu, mereka jadi manusia yang terburu-buru. Saat kalian sudah mengestimasikan waktu lalu kalian terkena kemacetan di jalan, kalian tidak akan stress karena kalian masih mempunyai waktu yang lama. Saat kalian terpaksa untuk telat, hargailah orang yang sudah menunggu kalian dengan mengucapkan “terimakasih sudah mau menunggu” bukan dengan “maaf membuat mu menunggu”.
Appreciate the others for what they have already done, whether they know it ot not.

      3. Tidak Buang Sampah Sembarangan
Sebenarnya ini adalah nasihat yang sudah sering kita dengar atau bahkan sudah di ulang-ulang sejak TK. Bahkan sudah sering kita baca dimana saja di poster, dinding, internet, buku pelajaran, brosur dan lain-lain. Namun ada beberapa orang yang masih saja melakukannya. Mereka merasa itu tidak apa apa untuk dilakukan karena mereka melihat orang lain pun tetap melakukannya. Jadi mulailah dari dalam kita sendiri. Memang susah awalnya saat kita melihat orang lain melakukannya dan mencegah diri kita sendiri untuk tidak melakukannya. Namun, saya memiliki tips yang menurut saya ampuh. Jadilah pribadi yang menanggap bahwa membuang sampah sembarangan adalah perbuatan yang sangat memalukan. Saya sendiri telah mencobanya dan bahkan saya merasa “saya malu untuk buang sampah disini” dan saat saya melihat orang lain membuang sampah sembarang, saya tidak lagi berpikir “mereka saja melakukan, kenapa saya gak?” tapi saya berpikir “mereka melakukan perbuatan yang sangat memamulukan”.


      4. Mengantri
Jika kita diharuskan mengantri maka lakukanlah dengan tertib. Jangan menyerobot hak orang lain didepan anda yang sudah mengantri lebih dulu. Sekalipun kita terburu-buru, mengantrilah! Karena semua orang juga terburu-buru! Di Indonesia sendiri kita diajarkan sedari kecil untuk menghargai orang tua, namun kadang ini suka disalah gunakan oleh beberapa orang. Mereka menganggap diri mereka tua dari orang yang dididepannya dan sah-sah aja untuk mereka menyerobot mereka. Meskipun kita lebih muda dari mereka, kita harus menegur mereka bahwa apa yang mereka lakukan salah dengan cara yang baik-baik dan masih menghargai mereka. Ada banyak cara untuk mengatakan hal yang salah tanpa melukai orang lain. Orang yang menegur pun seharusnya meminta maaf bukan malah menjadi tersinggung dan memaki-maki. Meminta maaf adalah perbuatan yang lebih terhormat dari pada tetap mempertahankan prilaku yang jelas-jelas salah.

      5. Bangun Hubungan yang Baik dengan Siapa saja.

Bagi yang masih sekolah atau kuliah, bangunlah hubungan yang baik dengan teman-temanmu. Jika bercanda jangan kelewat batas, jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Indonesia sendiri ada yang dikenal dengan istilah “Baper” atau Bawa Perasaan. Menurut saya, ini adalah istilah pembenaran bagi beberapa orang untuk melewati batas dan saat lawan bicaranya tersinggung, mereka tidak merasa bersalah dengan mengatakan “Baper banget sih”.  Hargai lah orang lain, hati-hatilah dalam bercanda dan berbicara karena kita tidak akan tahu seberapa hal itu bisa menyakiti dia.

      6. Jangan Menyontek


Sebenarnya ungkapan ini pun sudah sering kita dengar dari TK, SD, SMP, SMA, Kuliah bahkan semua pengajar kita akan mengatakan “Kerjakan sendiri dan jangan menyontek”. Sebenarnya ada pro dan kontra sih didalam hal ini. Ada beberapa orang yang berpendapat “Ya menyontek itu sah-sah saja saat orang yang dicoktekan mengizinkan” namun ada beberapa orang yang berpendapat “Menyontek itu artinya tidak adil. Tidak adil bagi mereka yang sudah belajar mati-matian dan mereka yang menyantai mendapatkan hasil yang sama”. Saya disini tidak mau membenarkan menyontek dan menyalahkannya juga. Menurut saya ini kembali kepersepsi masing-masing. Sampai dimasa sih taraf ketergantungan kalian pada menyontek itu. Kalau kalian tidak sangat bergantung pada menyontek menurut saya sah-sah saja. Namun parahanya ada beberapa orang-orang dalam “menyontek” mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai bagus. Bayangkan bila ini dipupuk sampai saat mereka bekerja, mereka “menghalalkan” segala cara untuk mendapatkan pujian atasanya. See? Bahaya bukan? Saat beberapa orang menyontek karena mereka lupa dan mereka butuh sedikit clue untuk mengerjakannya menurut saya itu sah-sah saja karena toh dia sudah punya ilmunya. Tidak kosong sama sekali.

Revolusi Mental: Long-Life Learning.

Seperti dikatakan dalam webnya, revolusimentasl.go.id. ada beberapa nilai-nilai strategis revolusi mental yang dimana salah satunya adalah etos kerja. Etos kerja sendiri adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok.
Masih menurut web revolusi mental. Hal yang bisa kita lakukan dalam pewujudan revolusi mental ke dalam etos kerja terdapat 3 hal yang antara lain:

  1. Profesional; yang bisa diwujudkan dengan cepat tanggap, tepat waktu dan tidak menunda pekerjaan.
  2. Mandiri; yang bisa diwujudkan dengan mencintai produk dalam negri.
  3. Kreatif; yang bisa diwujudkan dengan melakukan inovasi, anti mencontek dan long-life learning.
Mungkin yang masih terdengar asing untuk kita adalah Long-Life Learning. Disini saya akan membahas tentang Long-Life Learning.

Long-Life Learning atau dalam bahasa Indonesianya adalah belajar sepanjang hayat ini dikemukakan oleh Edgar Faure dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pengambangan Pendidikan. Edgar Faure mengatakan “With its confidence in man’s capacity to perfect himself through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate theselves from cradle to the grave

Seperti dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan bekembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Manusia terus mengalami transformasi diri, dari yang belum atau tidak mampu menjadi mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Manusia seharusnya menyadari bahwa keberadaannya harus bersifat present continuous, on going process atau on becoming. Persoalannya adalah sebagian besar manusia tidak mendisplinkan dirinya untuk tetap belajar tanpa henti. Sebagian manusia akan berhenti belajar jika mereka telah mampu mendapatkan gaji atau uang yang menurut mereka cukup. Hal ini yang membuat mereka tidak bertransformasi lagi dan tidak berkembang kembali. Padahal dunia terus berkembang, manusia dipaksa untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Banyak sekali orang-orang yang tidak menerapkan Long-Life Learning akan tersingkir secara sendirinya didalam sebuah lingkaran bisnis karena dia tidak bisa mengimbangi kemajuan dunia khususnya dalam hal tekonologi.

Sudah berkembang di Indonesia sendiri bahwa menjadi sesuatu yang memalukan saat kita sekolah atau kuliah atau menuntut ilmu tidak pada usia yang tepat. Sudah menjadi rahasia umum di Indonesia bahwa saat kalian berusia 30 tahun misalnya dan kalian baru S1, maka kalian akan mendapatkan sanksi sosial seperti “Kok sudah tua masih s1?” atau mungkin sederhananya saat kalian tidak naik kelas dan saat usia kalian 12 tahun kalian masih di SD, maka orang-orang akan menanggap kalian orang bodoh dan memarahi kalian.Padahal sebenarnya tidak ada aturan tertulis yang melarang batasan umur untuk kuliah atau batasan umur SD harus lulus umur segini dan seterusnya. Inilah yang menjadi penyebab utama terhalangnya proses Long-Life Learning. Orang-orang malu untuk mengambil pendidikan bersama orang yang lebih muda darinya karena mereka merasa diri mereka akan terlihat bodoh dimata orang lain. Ini juga yang menyababkan anak yang tinggal kelas akan terus bodoh atau bahkan putus sekolah karena mereka merasa tinggal kelas adalah hal yang sangat salah dan sangat bodoh. Biasanya pun guru dan orang tua tidak memberikan untuk anak-anak yang tinggal kelas. Tidak menyadarkan mereka bahwa proses adalah segalanya dibalik hasil, tidak heras budaya menyontek sudah menjamur di Indonesia. “Asal Lulus”. Sudah dituliskan alam BAB IV GBHN bagian pendidikan, “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam keluara (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.”

Padahal di negara maju sana banyak sekali mahasiswa S1 yang berusis 25 atau 30 dan mereka tidak malu untuk menuntut ilmu, karena tujuan mereka bukanlah untuk sebuah gengsi namun untuk sebuah ilmu. Menurut saya pribadi, lebih penting saat kalian mengetahui ilmu yang kalia pelajari dalam waktu yang lama dari pada kalian terburu-buru menyelesaikan study kalian namun kalian sama seklai tidak paham tentang ilmu apa yang kalian pelajari. Hasilnya nihil, hanya ijazah.

Sebaliknya, bagi mereka yang ingin terus belajar tanpa memperdulikan omongan negatif orang lain. Mereka yang sungguh-sungguh menerapkan Long-Life Learning kehidupan mereka akan senantiasi siap mengantisipasi perubahan-perubahan yang muncul. Mereka akan siap bersaing dengan sumber daya sumber daya manusia baru dan tidak tenggelam dikalahkan oleh zaman.

Saya harap setelah membaca tulisan saya ini dan mulai sekarang jadilah seseorang yang paham bahwa tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu. Tidak apa bila kita terlihat tertinggal dibanding yang lain. Lebih baik mana, buru-buru ingin selesai namun tidak sama sekali mendapat ilmunya atau terlambat sedikit namun mendapatkan ilmunya?? Coba pikirkan.

Kamis, 13 April 2017

Artikel Etika Bisnis: Corporate Social Responsibility Sebagai Bentuk Etika Bisnis

     Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik sesunguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia. Bisnis Jepang akan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat Jepang. Eropa dan Amerika Utara akan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai masyarakat tersebut dan seterusnya. Demikian pula yang terjadi di Indonesia. Disini secara umum dapat dikemukakan beberapa prinsip etika bisnis, yaitu:
1.      Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manudia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Prinsip otonomi di bisnis dimaksud seseorang harus tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinya, apa yang diharapkan darinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang kegiatannya, sadar dan tahu akan keputusan dan tindakan yang akan diambilnya serta risiko atau akibat yang akan timbul baik bagi dirinya dan perusahaanya maupun bagi pihak lain. Orang yang otonom adalah orang yang tidak saja sadar akan kewajibannya dan bebas mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang dianggapnya baik, melainkan juga adalah orang yang bersedia mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya serta mampu bertanggung jawa atas keputusan dan tindakannya serta dmapak dari keputusan dan tindakannya itu.
2.      Prinsip Kejujuran
Banyak sekali bisnis yang menggunakan kegiatan tipu-menipu demi meraup untung. Padahal sudah secara jelas bahwa bisnis tidak bisa bertahan lama dan berhasil kalu tidak didasarkan pada prinsip kejujuran. Para pelaku bisnis modern sadar dan mengakui bahwa memang kejujuran dalam berbisnis adalah kunci keberhasilannya, termasuk untuk bertahan dalam jangka panjang, dalam suasana bisnis penuh persaingan yang ketat. Kepercayaan adalah aset yang sangat berharga bagi kegiatan bisnis. Sekali pihak tertentu tidak jujur, dia tidak bisa lagi dipercaya dan berarti sulit untuk bertahan dalam bisnis. Sekali anda tidak dipercaya, entah karena tidak memenuhi syarat perjanjian dan kontrak, tidak menawarkan barang dan jada dengan mutu yang baik sebanding dengan harga, atau tidak memperlakukan karyawan dengan jujur dan baik, cepat atau lambat semua pihak yang berbisnis dengan anda akan berbalik pergi dan semua yang lain akan berpikir seribu kali untuk menjalin bisnis dengan anda.
3.      Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggung-jawabkan. Demikian pula, prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam bisnis entah dalam relasi eksternal maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan hak-nya masing-masing.
4.      Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Prinsip ini saling menguntungkan secara posotif menuntut hal yang sama, yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win situation.
5.      Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar dia perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaannya. Prinsip ini menuntut dan mendorong dari dalam diri pelaku bisnis dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan. Hal ini tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya dengan siapa saja, baik keluar maupun ke dalam perusahaan.

Menurut Philip Kotler, CSR dikatakan sebagai discretionary yang dalam arti luas berarti sesuatu yang perlu dilakukan. Seandainya tidak dilakukan, akan berakibat merugikan diri sendiri. Namun, hal ini bukanlah suatu peraturan yang diharuskan (saat ini di Indonesia telah diharuskan melalui UU Perseroan).
Menurut ISO 26000, CSR adalah Responsibility of an organization or the impacts of its decision and activities on society and the environment, through transparant and ethical behaviour that contributes to sustainable development, health an the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with international norms of behaviour; and is integrated throughout the organization and practices in its relationships.
Secara garis besar, CSR adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perussahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar perusahaan berada. Contoh dari bentuk tanggung jawab itu dapat bermacan-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masayrakat dan memperbaiki lingkungan, pemberiian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, serta sumbangan untuk desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut.
CSR timbul sejak era saat kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang lebih penting daripada sekedar profitability. Kegiatan-kegiatan CSR dalam bentuk community development, charity, ataupun philanthropy yang saat ini berkembang di Indonesia masih merupakan kegiatan yang bersifat pengabdian kepada masyarakat ataupun lingkungan yang berada tidak jauh dari lokasi tempat dunia usaha melakukan kegiatannya. Sering kali kegiatan CSR belum dikaitkan dengan tiga elemen yang menjadi kunci dari pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan.
Perusahaaan mengimplementasikan CSR dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Implementasi yang dilakukan dapat menggunakan model charity. Perusahaan yang menggunakan model charity hanya berpatokan sekedar menghabiskan anggaran dan menafikkan kebutuhan masyarakat. Model charity mendapatkan kritikan karena model tersebut hanya menjadi candu bagi masyarakat dan membuat masyarakat tergantung serta tidak berdaya.
Ketika model charity sudah mulai ditinggalkan maka model Community Development (CD) pun hadir sebagai pilihan. Modal CD dianggap mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan seperti HESS, Exxon Mobil, Holcim, Freeport, PT Aneka Tambang, dan Santos dalam melaksanakan program CSR yang berbasis CD juga memberikan nilai tambah kepada perusahaan, yaitu berupa Good Coorperate Governance dan memberikan nilai positif bagi perusahaan di mata publik.

Hubungan CSR Dengan Etika Bisnis
Seperti bisa dilihat pada prinsip-prinsip etika bisnis diatas, salah satu prinsip etika bisnis adalah  prinsip integritas moral, prinsip ini pelaku bisnis atau perusahaan perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaannya. Etika dibutuhkan dalam bisnis ketika manusia mulai menyadari bahwa kemajuan dalam bidang bisnis justru telah menyebabkan manusia semakin tersisih nilai-nilai kemanusiannya. Indonesia sendiri telah mengatur CSR dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Karena tuntutan publik dan hukum itulah, maka bisnis saat ini harus memberlakukan “being ethical and social responsibility”. Dengan berlaku etis dan mempunyai tanggung jawab sosial, bisnis akan langgeng dan akan terjadi hubungan jangka panjang dengan pelanggan, pemasok, dan pihak lainnya. Seperti yang kita ketahui bahwa dunia etika adalah dunia filsafat, nilai dan moral. Sedangkan duni bisnia adalah dunia keputusan dan tindakan. Etika berkenaan dengan persoalan baik atau buruk, sedangkan bisnis adalah dunia konskrit dan harus mewujudkan apa yang telah diputuskan. Jadi, hubungan etika bisnis dengan bisnis adalah etika bisa digunakan untuk mengatur bagaimana keuntungan digunakan dan bagaimana keuntungan bisa dapat dijadikan untuk menambah nilai nama baik perusahaan. Hal itu bisa diwujudkan dari program CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu, etika bisnis dan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) sudah menjadi bagian dari proses perencanaan strategis perusahaan untuk mengambil hati konsumen maupun masyarakat luas.

Keuntungan Melalui CSR
1.      Manfaat Bagi Perusahaan
Citra Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. Kegiatan perusahaan dalam jangka panjang akan dianggap sebagai kontribusi positif dimasyarakat. Selain membantu perekonomian masyarakat, perusahaan juga akan dianggap bersama masyarakat membantu dalam mewujudkan keadaan lebih baik di masa yang akan datang. Akibatnya, perusahaan justru akan memperolehtanggapan yang positif setiap kali menawarkan sesuatu kepada masyarakat. Perusahaan tidak saja dianggap sekedar menawarkan produk untuk dibeli masyarakat, tetapi juga dianggap menawarkan sesuatu yang membawa perbaikan masyarakat.

2.      Manfaat Bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution. Artinya terdapat kerjasama yang saling menguntungkan ke dua pihak. Hubungan bisnis tidak lagi dipahami sebagai hubungan antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang terekploitasi, tetapi hubungan kemitraan dalam membangun masyrakat lingkungan lebih baik. tidak hanya di sektor perekonomian, tetapi juga dalam sektor sosial, pembangunan dan lain-lain. 

3.      Manfaat Bagi Pemerintah
Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi sebagai wasit yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan dunia bisnis, dan memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah sebagai pihak yang mendapatkan legtimasi untuk mengubah tatan masyarakat agar ke arah yang lebih baik akan mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dilaksanakan oleh anggota masyarakat, dalam hal ini perushaan atau organisasi bisnis.









DAFTAR PUSTAKA

Mega K, Aulia Rizqi.& Hafid Kamaludin. 2014. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis: Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rachman, Nurdizal.&Asep Efendi dkk. 2011. Panduan Lengkap Perencanaan CSR. Penebar Swadaya: Jakarta.

Keraf, Sonny. 2012. Etika Bisnis (Tuntutan dan Relevansinya). Kanisius: Yogyakarta.

Bertens, K. 2009.  Pengantar Etika Bisnis. Kanisius: Yogyakarta.



Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

A CUP OF WATER © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.