Minggu, 09 April 2017

Artikel Etika Bisnis: Etika Bisnis Negara Jerman

     Kata “etika” dan “etis” tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula “etika bisnis” bisa berbeda artinya. Etika dibedakan menjadi dua yaitu etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipratekkan, walaupun seharusnya dipratekkan. Dapat juga dikatakan, etika sebagai praksis sama artinya dengan moral atau moralitas: apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan dan sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikirian moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berpikir tentamg apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnis pun dapat dijalankan pada tiga taraf: taraf makro, meso dan mikro. Pada taraf makro, etika bisnis memperlajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi sebagai keseluruhan (masalah-masalah yang disoroti dalam skala yang besar). Misalnya, masalah keadilan sosial dalam suatu masyarakat, masalah utang-utang negara-negara selatan terhadap negara-negara utara dan sebagainya.
Pada taraf meso (Madya atau menengah) etika bisnis menyelidika masalah-masalah etis di bidang organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
Pada taraf mikro, yang difokuskan ialah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau bisnis. Disini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majukan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan investor.
Georges Enderle memperlihatkan bahwa etika bisnis di semua negara tidak memberi perhatian yang sama kepada taraf-taraf tadi. Etika bisnis di daratan eropa terutama menaruh perhatian untuk masalah taraf makro dan baru kemudian masalah taraf mikro. Di Jepang perhatian etika bisnis terutama terfokuskan pada masalah taraf meso. Sedangkan di Amereka Utama etika bisnis terutama menyibukkan diri dengan masalah etis pada taraf mikro dan baru kemudian dengan masalah taraf makro.


 Etika Bisnis Negara Jerman
Jerman sebagai negara dengan tingkat penguasaaan teknologi yang tinggi dan masih menjadi salah satu negara tujuan belajar di kalangan pelajar dan akademis Indonesia (Detik.com 2014). Menurut Wikipedia jumlah kerja di Jerman hanya 30 jam per minggu atau sekitar 6 jam per-hari. Sangat jauh bila dibandingkan dengan Indonesia yang bahkan memiliki 40 jam per minggu. Pertanyaan terbesar adalah mengapa Jerman dengan jumlah jam kerja yang sangat lebih sedikit dari pada Indonesia bisa menjadi negara yang maju bahkan termasuk lokomotif industri Eropa?

1. Disiplin terhadap penggunaan waktu
Warga negara Jerman sangat menghargai waktu. Para pekerja di Jerman tidak melaukan hal-hal diluar pekerjaan saat mereka bekerja. Tidak ada Facebook, email pribadi, bergosip, bermain game, atau berbicara yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Saat waktu bekerja yang dilakukan adalah bekerja. Datang lebih awal atau tepat waktu sudah menjadi hal yang biasa bagi orang Jerman mungkin ini juga dikarenakan transportasi yang baik dan terjadwal di kotanya. Bagi orang Jerman waktu adalah hal yang sangat penting dan tidak dapat terbuang begitu saja. Seperti dijelaskan di atas saat bekerja, orang jerman selalu konsen pada pekerjaannya begitu pula saat pekerjaan selesai. Orang Jerman menganggap semuanya selesai, di Jerman sendiri jarang sekali terjadi lembur. Karena mereka menghargai sekali waktu, waktu untuk keluarga dan untuk diri mereka sendiri.

2. Menghargai Privasi
Orang Jerman adalah orang yang menggap bahwa privasi sangatlah penting. Mereka umunya melakukan pemisahan antara kehidupan pribadi dan kehidupan kerja. Namun, ada juga beberapa dari mereka yang mempunyai teman yang sangat akrab di dalam perusahaannya. Tetapi, bagi mereka perihal umur, agama dan pernikahan itu adalah hal-hal yang sangat privasi.

3. Menegur Secara Langsung
Orang Jerman lebih suka mengatakannya secara langsung (Direct). Misalkan saat ada orang yang melakukan kesalahan, mereka akan mengatakan secara langsung kalau itu adalah hal yang salah atau tidak pantas atau tidak baik. Orang Jerman tidak suka berputar-putar dan berbasa-basi. Namun, saat mengkritik tersebut biasanya juga akan dibarengi dengan saran yang menurut mereka baik.

4. Menghargai Tenaga Pekerja
Negara Jerman merupakan negara yang sangat menghargai tenaga pekerjanya. Satu hari tenaga pekerja mempunya waktu kerja sebanyak 6 jam. Setelah 6 jam, pekerja diharuskan untuk beristirahat 30 menit. Dan dalam satu hari tenaga pekerja dilarang untuk bekerja lebih dari 10 jam. Bila mereka telah bekerja selama 10 jam, namun pekerjaan mereka belum selesai. Mereka diharuskan pulang dan melanjutkannya besok. Mereka pun diberikan jumlah cuti kurang lebih 6 minggu selama 1 tahun. Warga Jerman menanggap tenaga kerja adalah hal yang sangat berharga yang harus dijaga dengan cara yang benar agar tetap bisa berproduksi.

5. Membayar Pajak
Upah Minimum Jerman adalah 8,5 euro/jam. Minimum bekerja selama satu bulan adalah 120 jam. Maka UMR yang diterima adalah 1.020 euro/bulan. Yang dimana satu euro sebesar Rp 14.000. Mungkin bila dirupiahkan menjadi sangat banyak yaitu sebesar Rp 14.280.000. Namun para pekerja di Jerman mempunya potongan pajak yang sangat besar yaitu sebesar 20%-30% dari penghasilan mereka. Pajak dibayarkan kepada negara. Meskipun orang Jerman terkenal dengan ke-privasiannya namun mereka juga orang yang sangat peduli sosial. Dari hasil pajak, Negara membiayai perawatan rumah sakit, PHK (sampai mendapatkan pekerjaan), Pensiun, Pengemis. Jadi, menurut orang Jerman, mereka yang mampu atau masih sehat dan mempunyai pekerjaan harus bertanggung jawab untuk membiayai mereka yang nasibnya kurang beruntung.

6. Tidak Ada Aturan-Aturan Tingkatan Sosial
Mungkin bila di Indonesia sudah jadi aturan sosial bila kalian jadi manajer atau mungkin mempunya jabatan di atas (mempunyai perusahaan). Kalian harus mempunyai kendaraan pribadi seperti mobil untuk ke kantor setiap hari. Di Jerman bahkan seorang bos sekalipun tidak akan segan segan untuk naik kendaraan umum, kereta api, sepeda atau bahkan berjalan kaki. Karena bagi mereka adalah cara bagaimana kecepatan sampai dikantor, cara yang paling efisien. Sebetulnya juga tidak ada aturan yang mengharuskan seorang manajer atau bos harus memiliki mobil dan harus menggunakan mobil setiap hari. Itu hanya aturan-aturan yang dibuat di sosial kita saja.





DAFTAR PUSTAKA

            Bertens, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Kanisius:Yogyakarta

Trinugroho, Denny. Kerja di Jerman | yang perlu kalian ketahui. Di tonton dari: https://www.youtube.com/watch?v=c2RkkyCcOxc (Terakhir diakses pada 09 April 2017)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

A CUP OF WATER © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.